SEKITAR 40 pegawai Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengikuti Pelatihan Jurnalistik: Teknik Penulisan dan Fotografi untuk Media Sosial dan Website. Pada kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Mercure Gatot Subroto, Jakarta, pada 25-26 November 2024 ini, Kementerian Investasi dan Hilirisasi Republik Indonesia/BKPM menggandeng Media Indonesia Institute (MTI).
Pelatihan itu diikuti oleh pejabat dan staf biro komunikasi dan layanan informasi, unit sekretariat utama, dan perwakilan kedeputian di BKPM. Materi yang diberikan antara lain penulisan berita, siaran pers, search engine optimization (SEO), hingga fotografi.
Pada materi penulisan berita yang disampaikan wartawan senior Media Indonesia Eko Suprihatno, peserta dibimbing cara penulisan berita dan siaran pers yang menarik. Misalnya cara penggunaan kalimat sederhana, hingga menyederhanakan angka-angka agar mudah dipahami pembaca.
Sementara materi terkait SEO disampaikan editor mediaindonesia.com Thalatie K. Yani. Peserta mendapat pemahaman soal penggunaan kata kunci yang tepat dalam siaran pers, pentingnya berita pendukung, hingga penulisan caption yang menarik di media sosial (medsos).
Di hari hari kedua, peserta mendapat pelatihan soal fotografi jurnalistik, entire, detail, framing, angle, dan timing atau EDFAT, foto caption, hingga foto jurnalistik era digital.
"Pada era digital media sosial dan website merupakan salah satu sumber utama untuk mencari informasi sebagai dasar dalam membuat keputusan, termasuk bagi para pelaku usaha dan pemangku kepentingan," kata Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Investasi/BKPM Afrida Wirjandini dalam sambutan yang dibacakan Analis Pengembangan Kompetensi ASN Ahli Madya Ariesteti Reniati.
"Sejalan dengan target Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM untuk mencapai nilai realisasi investasi yang terus meningkat, kualitas konten media sosial dan website merupakan hal untuk membantu mengarahkan para calon investor memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia," imbuhnya.
Karena itu, katanya, pelatihan jurnalistik tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pegawai dalam membuat konten yang baik, yaitu memiliki relevansi, orisinalitas, kualitas visual, dan mudah dipahami.
"Kami mengharapkan pelatihan jurnalistik ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai teknik penulisan dan fotografi yang dapat diimplementasikan oleh peserta pelatihan dalam melakukan tugas dan fungsi. Selain itu membuat konten sosial dan website yang berkualitas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, serta norma standar, prosedur dan kriteria yang berlaku," paparnya.
Deputi Direktur Pengembangan Bisnis Media Indonesia F Saiful Bachri menyampaikan pentingnya peningkatan kompetensi pegawai BKPM di bidang tersebut.
"Saya melihat ada tanggung jawab besar yang diemban karena kabinet baru menargetkan angka yang besar pada BKPM, kalau tidak salah Rp1.900 triliun tahun depan. Ini tugas berat untuk bagaimana kementerian ini 'menjual' potensi investasi yang ada di negeri ini," ujar Saiful dalam kesempatan yang sama.
"Untuk itu dibutuhkan strategi komunikasi dan cara-cara komunikasi efektif. Tentunya dengan media sosial dan website yang saat ini memang trennya, pertumbuhannya, luar biasa. Harus bisa efektif membuat tulisan, menampilkan foto dengan caption dan seterusnya, dan bagaimana website itu bisa dibuat seinteraktif mungkin. Mudah-mudahan itu menjadi platform yang bisa mengundang banyak investor," katanya.
Ria Sari Dewi, salah satu peserta dari Biro Komunikasi dan Layanan Informasi (KLI) BKPM mengakui pentingnya pelatihan seperti ini.
"Kita kan harus sering mengasah lagi. Namanya jurnalistik, dunianya berkembang. Mungkin dua tahun yang lalu tren gaya penulisannya seperti apa, kemudian sekarang seperti apa. Termasuk tadi soal SEO itu kan belum maksimal menggunakan itu," kata Ria.
Dengan kegiatan seperti ini, lanjutnya, para humas maupun pegawai dari unit lain bisa meng-upgrade kompetensi, seperti mengoptimalkan komunikasi di media sosial instansi.
Ria menyebut sejumlah ilmu baru yang didapat dari pelatihan ini. "Mungkin yang lebih update soal medsos tadi. Algoritma medsos seperti apa, judul di medsos seperti apa karena kan pasti medsos, media online, pasti penulisannya beda dengan media cetak," ujarnya.
"Itu kami sebagai insan humas yang harus paham itu. Kita kan bikin rilis satu, tapi kan untuk semua model media. Nah itu yang tadi sudah kami catat. Memang kami butuh pandangan dari teman-teman terutama Media Indonesia yang memang sudah punya keahlian dan pengalaman di situ," pungkasnya. (H-3)