SEIRING dengan pesatnya perkembangan teknologi, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence / AI) semakin berperan penting dalam berbagai sektor, mulai dari pengambilan keputusan hingga analisis data.
Namun, bagaimana sebenarnya implementasi AI dapat berjalan efektif di perusahaan?
Evolusi Kecerdasan Buatan: Dari Tertutup hingga Intuitif
Dulu, AI hanya dilatih dengan data yang telah dikumpulkan, dan beroperasi berdasarkan instruksi yang diberikan.
Model-model AI sebelumnya hanya dapat berfungsi sesuai dengan data yang sudah tersedia, tanpa kemampuan untuk berinovasi atau beradaptasi secara mandiri.
Sebagai contoh, seperti yang diungkapkan oleh Presiden Direktur IBM Indonesia, Roy Kosasih, AI sebelumnya bisa dianalogikan seperti binatang peliharaan yang telah dilatih. Meskipun sudah terlatih, binatang peliharaan tidak memiliki intuisi atau keinginan sendiri, dan hanya mengikuti perintah yang telah diberikan.
"Kurang lebih seperti itu. Foundation model yang ada sebelumnya adalah seperti itu," ujar Roy dalam acara Media Briefing bertema Tren AI di Tahun 2025 di Jakarta, Rabu (4/12).
Namun, dengan hadirnya agen berbasis AI (agent-based AI), sistem AI kini dapat beradaptasi dan memiliki intuisi serta keinginan sendiri.
Agen AI ini, diberi izin untuk mengakses internet dan memperoleh data secara real-time, menjadikannya lebih responsif terhadap perubahan yang terjadi di dunia maya.
"Karena dia akan punya intuisi dan keinginan sendiri. Dia bisa mencari informasi terkini tanpa harus dilatih lagi setiap minggu," tambah Roy. Inilah yang menandai evolusi menuju AI agenic, di mana AI mulai dapat berpikir dan berkembang secara mandiri setelah dilatih dan diberi instruksi.
AI Agenic: Ketika Kecerdasan Buatan Memiliki Intuisi
Konsep AI agenic menunjukkan bahwa AI dapat mengembangkan dirinya sendiri dan bertindak lebih mandiri, dengan tujuan untuk mencapai kepuasan atau hasil yang diinginkan.
"AI sudah mulai bisa berpikir sendiri, mengembangkan dirinya sesuai instruksi yang diberikan," ujar Roy.
Inilah yang menjadi harapan di masa depan: AI yang dapat berkembang tanpa memerlukan pelatihan ulang setiap waktu.
Namun, meskipun AI mulai memiliki intuisi, perlu diingat bahwa teknologi ini tetap perlu dikendalikan dengan ketat. AI tidak boleh sepenuhnya lepas kendali, sebagaimana yang digambarkan dalam skenario fiksi ilmiah seperti Terminator.
Oleh karena itu, perusahaan harus menetapkan batasan-batasan yang jelas agar AI tetap berfungsi sebagai alat bantu bagi manusia, dengan interaksi terbatas pada instruksi yang diberikan.
Menavigasi Implementasi AI di Perusahaan
Meskipun proyek AI menjanjikan manfaat besar, adopsi teknologi ini dalam skala luas sering terkendala oleh berbagai hambatan. Oleh karena itu, perusahaan perlu pendekatan yang terstruktur dan sistematis dalam implementasinya.
Berikut adalah beberapa langkah utama untuk mengimplementasikan AI dengan sukses di perusahaan:
1. Tentukan Proposisi Nilai AI yang Jelas
Langkah pertama adalah menetapkan proposisi nilai AI yang terukur dan jelas.
Perusahaan harus fokus pada kasus penggunaan AI yang memberikan dampak positif sesuai dengan tujuan bisnis jangka panjang.
Indikator pengukuran seperti penghematan biaya, peningkatan efisiensi, atau pengembangan produk dan layanan yang lebih baik akan membantu perusahaan untuk memprioritaskan inisiatif AI yang memberikan hasil nyata dan berkelanjutan.
2. Perhatikan Faktor Manusia
Faktor manusia tetap menjadi aspek penting dalam keberhasilan implementasi AI.
Perusahaan harus memastikan bahwa karyawan memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan teknologi AI dan memahami dampak perubahan yang dibawa oleh teknologi ini.
Pendidikan dan pelatihan yang memadai akan membantu mengatasi resistensi terhadap perubahan dan mempersiapkan karyawan untuk memanfaatkan AI secara efektif.
3. Perkuat Tata Kelola dan Transparansi
Tata kelola yang baik dan transparansi dalam penggunaan AI sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan dengan cara yang etis dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Perusahaan perlu menetapkan kebijakan yang jelas tentang pengumpulan dan penggunaan data, serta memastikan bahwa AI tidak disalahgunakan.
Transparansi dalam proses pengambilan keputusan yang didorong oleh AI juga akan meningkatkan kepercayaan dari karyawan, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya. (Z-10)